Sebuah Fenomena ikut-ikutan Remaja
Ternate
Oleh Asri Juniati Soamole
Sudah
menjadi sebuah fenomena sosial dimana setiap remaja begitu konsumtif dan
adiktif terhadap produk-produk terbaru yang istilahnya nge-trend atau lagi booming di
Ternate, baik itu teknologi maupun sandang pangan bahkan yang berkaitan dengan
kecantikan. Sebagai contoh kamera DSLR (Digital
Single-Lens Reflex) dan drone membuat
para remaja tidak segan-segan menghabiskan uang saku mereka yag entah didapat
dari hasil pajak orang tua atau pencarian mandiri. Padahal kalau dilihat dari segi kebutuhan, kebanyakan dari
mereka membeli kedua benda diatas hanya untuk bergaya tanpa tahu fungsi kedua
benda tersebut. Entah budaya apa yang ditanamkan negeri limau Gapi ini, budaya
gengsikah ?
Kaum muda Ternate mari bersama-sama
kita merenung. Bila banyak dari kita membeli DSLR kamera untuk foto selfie, hal
ini jelas jauh berbeda bila kita sekreatif mungkin menggunakan benda tersebut untuk
menghasilkan gambar objek parawisata yang punya nilai jual. Kita seharusnya
mampu melirik kreatifitas kaum muda di Kota lain. Di Jakarta contohnya remaja
produktif Ahmad Anggoro yang perbulan mendapatkan omzet sebesar 100.000.000
rupiah dari hasil penjualan kaos yang ia desain sendiri. Sementara di Jogja Fauzan Rachmansyah telah
sukses dengan usaha kalimilk yang ia bangun. Modal awal usaha ini fauzan
dapatkan dari memenangkan kompetisi bisnis nasional Wirausaha Muda Mandiri
tahun 2011. Sekarang bisnis kalimilk telah membuka cabangnya di daerah lain
seperti Surabya, omset usaha ini adalah 13 juta perhari. Luar Biasa !!
Teman-teman, Kota Jogja merupakan salah satu
kota dengan biaya hidup murah, hal ini lagi-lagi berbeda jauh dengan kota kita
yakni Ternate yang tampil sebagai peringkat ketiga kota dengan biaya hidup
termahal di Indonesia dengan Rp 6,42 untuk rata-rata 4,8 orang per keluarga (sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2014 ).
Fakta yang ada bahwa kita bisa
menemukan nasi bungkus dengan harga 5 ribu rupiah di Jogja membuat banyak warga
Ternate memutuskan untuk mengirim anak-anaknya berkuliah disana. Sangat
disayangkan teman-teman bila kalian yang memiliki kesempatan berkuliah di Jogja
justru terlibat sebagai konsumen yang
konsumtif dan pulang membudidayakan budaya nge-trend
dan ikut-ikutan di Ternate. Bukankah lebih baik kita mencuri kreatifitas remaja
Djogja, dan pulang ke Ternate menghasilkan inovasi baru yang lebih segar baik di
bidang kewirausahaan,pendidikan,lingkungan ?? tidak sadarkah kalian perilaku
konsumtif membuat kita malas berkreatifitas ? Jangan mau jadi konsumtif , Yukk
sama- sama lebih produktif !
REFERENSI
Awan, Andika. House of Raminten,tepat makan wajib
di Djogja. September 13, 2013. (accessed Maret Jumat, 2016).
IHKTernate, IHK Djogja. 2010.
(accessed Maret Jumat, 2016).
Kafekalimilk. 2015. (accessed
Maret Jumat, 2016).
Smart Enterprenurship. http://uiienterpreneur.blogspot.co.id/.
2013. (accessed Maret 10, 2016).
Yahoo Answer. Yahoo. 2010.
(accessed Maret Jumat, 2016).
0 komentar:
Posting Komentar