Ternate, 29 April 2017
Perkenalkan nama saya Asri
Juniati Soamole, saat saya menulis ini saya berumur 23 tahun dan sudah 9 bulan
lulus sebagai sarjana pendidikan dari Universitas Khairun Ternate. Saya berkuliah
selam 3 tahun 7 bulan di program studi Bahasa Inggris. Saya akan menceritakan sedikit
tentang masa kuliah saya. Dulu sebelum kuliah saya berkerja pada salah satu
perusahaan tambang sebagai administrasi dispatcher. Pada saat melamar pekerjaan
di perusahaan ini, saya menggunakan ijazah paket C dari salah satu SMA di
Jayapura. Hidup telah mengantarkan saya pada tragedi keluarga yang membuat saya putus sekolah. Selama tujuh
tahun bekerja, saya merasa begitu minder. Rekan kerja saya hamper semua adalah
lulusan s1. Seperti sarjana ekonomi, pertambangan, parawisata, dll. Setiap kali
rapat, pendapat orang-orang ini sangat kritis dan dihargai. Sementara saat saya
tidak dapat menjangkau pembicaraan mereka, bukan karena tidak mau, tapi memang
saya merasa kurang dan tidak pantas. Bulan ketujuh dalam masa kerja saya, saya
memutuskan untuk resign dan berkuliah. Dengan bantuan gaji yang telah saya
kumpulkan, bermodal nekat saya lalu kuliah.
Saat semester satu, saya hanya
datang ke tempat kuliah dengan tujuan ingin cepat selesai dan mencari pekerjaan
lalu menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Saya memiliki tiga orang adik dan
satu orang kakak perempuan. saat berhenti sekolah dulu, berbagai macam
perkerjaan telah saya lakukan seperti menjaga warnet, bekerja di salon, menjadi
penyiar radio, dan terakhir adalah menjadi MC untuk perusahaan rokok di
Jayapura. Waktu berlalu, saya dipertemukan dengan teman-teman hebat dan baik
hati, yang kemudian selalu menyemangati saya dalam menununtut ilmu. Di tengah
perjalanan kuliah, ayah saya berpulang. Saya memang masih memiliki ibu, namun
sudah 10 tahun lamanya sejak ibu saya memutuskan untuk memilih hidupnya sendiri
dengan meninggalkan kami berlima. Semua kejadian ini tidak membuat saya
menyerah, dengan cepat saya menyelesaikan kuliah saya.
Pada 10 November 2015, pada
sebuah acara yang memperingati hari pahlawan di Universitas Terbuka. Saya bertemu
dengan seorang kawan yang akrab dipanggil Iki. Setelah beberapa kali, saya
mengikuti Iki saya melihat dunia yang berbeda. Sebuah dunia yang lain. Dunia pendidikan,
dunia literasi. Pendidikan, kepedulian, kemanusiaan semua ini saya dapatkan
pada sebuah komunitas yang dikoordinir oleh Iki yang bernama Literasi Jalanan. Kini,
sudah satu tahun lebih saya menjadi relawan di Literasi Jalanan. Selama satu
tahun, saya merasa saya menjadi relawan tanpa tujuan, tanpa ideologi.
Lalu, suatu malam saya mendapatkan pencerahan akan hidup saya. Melakukan sesuatu
untuk membalas apa yang Ilahi beri kepada saya. Saya hanya ingin itu. Apa yang
bisa saya lakukan? Saya hanya punya satu. Pendidikan. Baiklah, pertama-tama
saya akan jabarkan kondisi anak-anak yang ingin kita bina.
1. Mereka
adalah anak-anak yang sebagiannya bermukim di kawasan pasar dan sekitarnya. Mungkin
pasar tidak bisa di bilang kumuh, namun apakah pasar adalah tempat yang
pantas untuk pertumbuhan anak? Ketika orang
tua sibuk dengan pekerjaannya berjualan, lalu anak-anak akan disuruh membantu
sebagian dari pekerjaan mereka. Adakah kesempatan anak-anak untuk belajar di
rumah selain di sekolah atau kesempatan memikirkan dan membangun cita-cita
mereka? Sebagian dari mereka bahkan memutuskan untuk berhenti sekolah, karena
merasa sudah bisa mencari uang. Apa yang lebih penting antara uang dan
pengetahuan?
2. Anak-anak
ini, bukan saya katakan tidak memiliki moral atau karakter yang bagus. Hanya saja,
melihat kondisi pasar yang rawan dengan pergaulan bebas remaja seperti
menghisap lem, mabuk-mabukan. Bukan tidak mungkin jika anak-anak di bawah umur
akan mengikuti jejak-jejak kakaknya atau mungkin lebih jauh ke pergaulan bebas.
3. Perlu
ada yang membekali anak-anak ini dengan pengetahuan tentang kesehatan seperti
gizi yang baik, kesehatan reproduksi, dan kesehatan dalam berpikir. Setidaknya hal
ini akan mencegah mereka dari kekerasan dan kasus-kasus pelecehan yang saat ini
banyak terjadi di Maluku Utara.
Untuk satu tahun menjadi relawan
literasi jalanan, yang kadang banyak tidak aktifnya karena kepentingan pribadi
hanya ketiga hal diatas yang bisa saya identifikasi.
Pernah, kami memiliki rumah
belajar pada 2 Mei 2016, namun rumah belajar itu harus digusur mengikuti
pembangunan pasar yang ditetapkan pemerintah Kota Ternate.
Kini, kami mendapatkan rumah
belajar yang baru yang dipercayakan oleh salah satu orang tua anak-anak yang
kami bina. Rumah belajar itu, baru saja kami cat, dan akan kami aktifkan
kembali. Malam ini saya berpikir tentang hal-hal apa yang akan saya dan
teman-teman persiapkan untuk diajarkan kepada adik-adik. Biasanya secara
subjektif saya akan mengatakan Bahasa Inggris, matematika, PPKN. Namun, saya
sadar bahwa hal sebenarnya yang harus kita bentuk dan ajarkan adalah pendidikan
karakter, kepemimpinan dan kreatifitas. Apakah saya benar? Bismillah!!
Semangat!!! Man Jadda Wa Jadda !!! Siapa bersungguh-sungguh dia yang menuai
hasil.
0 komentar:
Posting Komentar