Sejarah Pergerakan Sosialku; Apa yang Literasi Jalanan butuhkan?

by 10.58 0 komentar
Ternate, 29 April 2017
Perkenalkan nama saya Asri Juniati Soamole, saat saya menulis ini saya berumur 23 tahun dan sudah 9 bulan lulus sebagai sarjana pendidikan dari Universitas Khairun Ternate. Saya berkuliah selam 3 tahun 7 bulan di program studi Bahasa Inggris. Saya akan menceritakan sedikit tentang masa kuliah saya. Dulu sebelum kuliah saya berkerja pada salah satu perusahaan tambang sebagai administrasi dispatcher. Pada saat melamar pekerjaan di perusahaan ini, saya menggunakan ijazah paket C dari salah satu SMA di Jayapura. Hidup telah mengantarkan saya pada tragedi keluarga  yang membuat saya putus sekolah. Selama tujuh tahun bekerja, saya merasa begitu minder. Rekan kerja saya hamper semua adalah lulusan s1. Seperti sarjana ekonomi, pertambangan, parawisata, dll. Setiap kali rapat, pendapat orang-orang ini sangat kritis dan dihargai. Sementara saat saya tidak dapat menjangkau pembicaraan mereka, bukan karena tidak mau, tapi memang saya merasa kurang dan tidak pantas. Bulan ketujuh dalam masa kerja saya, saya memutuskan untuk resign dan berkuliah. Dengan bantuan gaji yang telah saya kumpulkan, bermodal nekat saya lalu kuliah.
Saat semester satu, saya hanya datang ke tempat kuliah dengan tujuan ingin cepat selesai dan mencari pekerjaan lalu menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Saya memiliki tiga orang adik dan satu orang kakak perempuan. saat berhenti sekolah dulu, berbagai macam perkerjaan telah saya lakukan seperti menjaga warnet, bekerja di salon, menjadi penyiar radio, dan terakhir adalah menjadi MC untuk perusahaan rokok di Jayapura. Waktu berlalu, saya dipertemukan dengan teman-teman hebat dan baik hati, yang kemudian selalu menyemangati saya dalam menununtut ilmu. Di tengah perjalanan kuliah, ayah saya berpulang. Saya memang masih memiliki ibu, namun sudah 10 tahun lamanya sejak ibu saya memutuskan untuk memilih hidupnya sendiri dengan meninggalkan kami berlima. Semua kejadian ini tidak membuat saya menyerah, dengan cepat saya menyelesaikan kuliah saya.
Pada 10 November 2015, pada sebuah acara yang memperingati hari pahlawan di Universitas Terbuka. Saya bertemu dengan seorang kawan yang akrab dipanggil Iki. Setelah beberapa kali, saya mengikuti Iki saya melihat dunia yang berbeda. Sebuah dunia yang lain. Dunia pendidikan, dunia literasi. Pendidikan, kepedulian, kemanusiaan semua ini saya dapatkan pada sebuah komunitas yang dikoordinir oleh Iki yang bernama Literasi Jalanan. Kini, sudah satu tahun lebih saya menjadi relawan di Literasi Jalanan. Selama satu tahun, saya merasa saya menjadi relawan tanpa tujuan, tanpa ideologi.
Lalu, suatu malam saya mendapatkan  pencerahan akan hidup saya. Melakukan sesuatu untuk membalas apa yang Ilahi beri kepada saya. Saya hanya ingin itu. Apa yang bisa saya lakukan? Saya hanya punya satu. Pendidikan. Baiklah, pertama-tama saya akan jabarkan kondisi anak-anak yang ingin kita bina.
1.       Mereka adalah anak-anak yang sebagiannya bermukim di kawasan pasar dan sekitarnya. Mungkin pasar tidak bisa di bilang kumuh, namun apakah pasar adalah tempat yang pantas  untuk pertumbuhan anak? Ketika orang tua sibuk dengan pekerjaannya berjualan, lalu anak-anak akan disuruh membantu sebagian dari pekerjaan mereka. Adakah kesempatan anak-anak untuk belajar di rumah selain di sekolah atau kesempatan memikirkan dan membangun cita-cita mereka? Sebagian dari mereka bahkan memutuskan untuk berhenti sekolah, karena merasa sudah bisa mencari uang. Apa yang lebih penting antara uang dan pengetahuan?

2.       Anak-anak ini, bukan saya katakan tidak memiliki moral atau karakter yang bagus. Hanya saja, melihat kondisi pasar yang rawan dengan pergaulan bebas remaja seperti menghisap lem, mabuk-mabukan. Bukan tidak mungkin jika anak-anak di bawah umur akan mengikuti jejak-jejak kakaknya atau mungkin lebih jauh ke pergaulan bebas.

3.       Perlu ada yang membekali anak-anak ini dengan pengetahuan tentang kesehatan seperti gizi yang baik, kesehatan reproduksi, dan kesehatan dalam berpikir. Setidaknya hal ini akan mencegah mereka dari kekerasan dan kasus-kasus pelecehan yang saat ini banyak terjadi di Maluku Utara.
Untuk satu tahun menjadi relawan literasi jalanan, yang kadang banyak tidak aktifnya karena kepentingan pribadi hanya ketiga hal diatas yang bisa saya identifikasi.
Pernah, kami memiliki rumah belajar pada 2 Mei 2016, namun rumah belajar itu harus digusur mengikuti pembangunan pasar yang ditetapkan pemerintah Kota Ternate.
Kini, kami mendapatkan rumah belajar yang baru yang dipercayakan oleh salah satu orang tua anak-anak yang kami bina. Rumah belajar itu, baru saja kami cat, dan akan kami aktifkan kembali. Malam ini saya berpikir tentang hal-hal apa yang akan saya dan teman-teman persiapkan untuk diajarkan kepada adik-adik. Biasanya secara subjektif saya akan mengatakan Bahasa Inggris, matematika, PPKN. Namun, saya sadar bahwa hal sebenarnya yang harus kita bentuk dan ajarkan adalah pendidikan karakter, kepemimpinan dan kreatifitas. Apakah saya benar? Bismillah!! Semangat!!! Man Jadda Wa Jadda !!! Siapa bersungguh-sungguh dia yang menuai hasil.



Asri

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post (Slider)

Combine

Horizontal

My Gallery

Portfolio

Contact us

about me

Foto saya
Ternate, Maluku Utara, Indonesia
Saya adalah seseorang yang akan mencuri waktu untuk menulis

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pages

Flickr Images

Like us on Facebook

Top 10 Articles