Dua Hal penting untuk berevolusi
Oleh : Asri
Juniati Soamole
Akhir-akhir ini, Indonesia telah
disibukkan dengan isu kependudukan yakni bonus demografi. Pengertian
bonus demografi secara umum adalah kondisi dimana rasio ketergantungan
(dependency ratio) yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif
(0-14 tahun ditambah dengan 64+) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun)
menurun secara berkelanjutan. Pada kurun waktu tertentu tingkat ketergantungan
tersebut berada pada kondisi yang sangat rendah sebelum kemudian meningkat
seiring dengan meningkatnya proporsi enduduk lanjut usia. Masa kurun waktu
tersebut disebut sebagai jendela peluang (window of oppurtunity) karena periode
tersebut merupakan masa keemasan untuk menjadikan faktor demografi sebagai
pendorong kemajuan bangsa.
Hasil analisis demografer terhadap
indikator dasar kependudukan (tingkat kelahiran dan kematian) menunjukkan
Indonesia saat ini tengah menikmati bonus demografi. Kondisi ini merupakan
dampak jangka panjang dari program KB yang mulai dilaksanakan secara
nasional sejak tahun 70an. Tingginya tingkat kelahiran pada dekade 60an dan
70an menyebabkan meningkatnya jumlah kelompok usia muda (15 tahun ke atas)
mulai kurun waktu 90-an. Di lain pihak, keberhasilan program KB yang mulai
terasa pada dekade 80an menurunkan jumlah penduduk di bawah 15 tahun.
Dinamika perubahan struktur umur ini yang berdampak pada menurunnya
proporsi penduduk non produktif dan meningkatnya proporsi penduduk usia
produktif. Seiring dengan dinamika perubahan struktur tersebut, Indonesia akan
menikmati apa yang disebut sebagai windows of opportunity pada kurun waktu
2020-2030, dimana rasio ketergantungan sangat rendah (sekitar 44 persen)
bila hal ini didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai.
Disamping Indonesia telah disibukkan dengan
isu bonus demografi, dunia juga telah disibukkan dengan MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN). Meski istilah MEA telah merajalela, namun tidak banyak warga Indonesia dan
khususnya Maluku Utara yang memahami apa itu MEA. MEA adalah sebuah pasar
tunggal yang disetujui oleh negara-negara di ASEAN pada dekade lalu. MEA
sendiri adalah singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam istilah asing,
MEA disebut sebagai ASEAN Economic Community. Secara ringkas, MEA berisi lima
hal yakni diberlakukannya arus bebas
antar sesama Negara ASEAN meliputi arus bebas barang, jasa, tenaga kerja
terampil, modal, dan investasi.
MEA dan bonus demografi memiliki hubungan yang
erat yakni keduanya sama-sama memberikan dampak positif dan negatif bagi
Indonesia. Secara umum, dampak positif dari MEA dan Bonus Demografi adalah
mampu memberikan kontribusi pada sektor perekonomian Indonesia. Sementara
dampak negatifnya adalah kehancuran bangsa kita dikarenakan pada bidang ketenagakerjaan
dikuasai oleh bangsa asing, hal ini terjadi bila dari sekarang kita tidak memperbaiki mentalitas dan kualitas dari
sumber daya manusia di Indonesia. Selain kedua dampak diatas bila kita tinjau
dari segi budaya, MEA tentunya akan memberikan dampak pencampuran nilai budaya
dari kesepuluh Negara ASEAN.
Kesiapan mental dan kemampuan bahasa asing
menjadi hal yang patut dipersiapkan untuk menyongsong MEA. Baik mental dan
kemampuan bahasa asing khususnya Bahasa Inggris warga Indonesia, akan diperoleh dengan baik bila pendidikan
formal maupun non formal di Negara ini memiliki kualitas yang baik pula. Sama
halnya dengan MEA, pendidikan juga merupakan hal yang patut diperhatikan untuk
menyongsong bonus demografi. Selain pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan
juga merupakan dua investasi penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah
Indonesia dalam menyongsong puncak bonus demografi ini. Perlu diperhatikan
bahwa ketenagakerjaan merupakan investasi penting yang harus dilirik oleh
pemerintah dalam menyambut bonus demografi, maka dalam hal ini kita harus mampu
memanfaatkan kehadiran MEA karena akan ada banyak lapangan pekerjaan terbuka.
Kesimpulannya, dengan diberlakukannya MEA ini
berarti tenaga asing akan datang dan
berinvestasi di Indonesia. Tentu saja hal tersebut akan menciptakan banyak
lapangan pekerjaan. Pertanyaannya, sudah siapkah warga Indonesia bahkan Maluku
Utara menerima kedatangan MEA dan juga pergi ke Negara ASEAN lain untuk
berinvestasi ? Atau apakah kita akan tergeser di bumi sendiri ? Untuk menjawab
semua pertanyaan diatas kita harus menyadari diri kita sebagai warga Negara
Indonesia, terlebih lagi sebagai remaja Indonesia. Mari berevolusi demi menyongsong
Bonus Demografi dan MEA !
REFERENSI
https://www.selasar.com/ekonomi/apa-itu-mea-masyarakat-ekonomi-asean. 2015. (accessed Januari 10, 2016).
https:/www.bkkbn.go.id.
(accessed Januari 10, 016).
0 komentar:
Posting Komentar